Ikan Korban "LIMBAH" Di Sungai Kedung Galeng

  Kronologi identifikasi ikan "MENDEM" di DAS Kedunggaleng tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Tanggal 1 Juni 2011, ikan mendem di Sungai dan tambak dalam jumlah sedikit;
  2. Tanggal 13 s/d 15 Juni 2011,ikan mendem di Sungai dan tambak dalam jumlah sedikit;
  3. Tanggal 17 Juni 2011 pukul 22.32,di Sungai kematian ikan banyak sedangkan di tambak dalam jumlah sedikit;
  4. Tanggal 18 Juni 2011, kematian ikan di Sungai dan Tambak banyak (masyarakat beramai-ramai mengumpulkan/mengambil ikan-ikan tersebut);
  5. Warna air sungai umumnya coklat kehijauan, mulai pada tanggal 17 Juli 2011 mendadak menjadi keruh warna keputih-putihan cenderung kelabu dan berlendir.
Langkah-langkah yang diambil POKMASWAS MUTIARA LAUT dalam hal ini:
  1. Tanggal 1 Juni 2011 Identifikasi ada ikan mati; (catat tanggal dan lokasi kejadian/pengamatan);dugaan sementara mungkin ada perbedaan suhu air;
  2. Tanggal 13 s/d 15 Juni 2011 masih ada ikan yang mati (anggota POKMASWAS ) mulai meningkatkan kewaspadaannya untuk lebih awas mengamati perkembangan ikan mati;
  3. Tanggal 17-18 Juni 2011 Koordinasi dengan Instansi terkait (DPK kab.Probolinggo;BLH kab.Probolinggo;Pemerintah Desa Dringu; Camat Dringu.  
  4. Hasil UJI LAB di DPK Provinsi Jawa Timur akan diketahui 2 Minggu dari hari kejadian.                                                                                                          
         Malam Sabtu 17-18 Juni 2011 di DAS Kedunggaleng merupakan bencana bagi dunia perikanan sungai tersebut utamanya di muara sungai (Dusun Bandaran Desa Dringu). Bencana ini merupakan bencana RUTIN sejak dahulu kala. Konon kabarnya sudah berlangsung diindikasikan sejak adanya Industri yang ada di DAS tersebut. Semula Bencana tersebut disyukuri oleh Nelayan dimasa-masa lalu utamanya di DAS tersebut, sudah lazim setiap musim giling tiba masyarakat pada mendapat ikan "mendem" istilahnya, semua jenis ikan yang hidup disungai tersebut tanpa susah payah tinggal "pungut" bagai memungut ikan yang sudah didasar meja pasar ikan.
          Senang rasanya mengenang masa-masa kecil dulu tentang kegiatan rutin tahunan tersebut, kala itu ikan pada "mendem" dari Kedung Dalem sampai pesisir Pantai.Biasanya masyarakat memanfaatkan ikan mendem ini dengan mengolahnya menjadi dendeng ikan karena melimpahnya.
         Namun seiring dengan perkembangan Jaman, pengetahuan dan kesadaran masyarakatpun berkembang. Apalagi dengan adanya POKMASWAS ( Kelompok Masyarakat Pengawas ) Mutiara Laut yang tidak hanya mengawasi SDL dan SDI di  laut, tapi juga SDI yang di DAS Kedunggalengpun merupakan obyek pelestarian kelompok ini.
           Upaya pelestarian Lingkungan Hidup utamanya pesisir, banyak pihak yeng terkait dan berkepentingan. Sesuai dengan diskusi kami dengan salah satu teman yang kala itu menempuh S2 di UGM Jurusan Hukum Lingkungan( Juli 2004) kebetulan waktu itu setelah dari kantor MENDIKNAS Senayan Jakarta mampir di Kampus Pro Wong Ndeso (UGM, Yogjakarta), beliau mengatakan : " Mbang", untuk menyelesaikan permasalahan Lingkungan Hidup yang timbul harus mengikut sertakan "TRI PARTID" / tiga pelaku utama, yaitu (Pemerintah sebagai pemegang kendali sekaligus pelaksana Undang-Undang; Pengusaha/Masyarakat sebagai pembuang limbah dan Masyarakat  sebagai korban penghuni lingkungan terdampak).TRI PARTID inilah yang bermain, mau diselesaikan dengan cara bagaimana permasalahan limbah ini. Sayang seribu sayang, saya tidak berhasil membujuk teman saya kala itu tahun 2004 untuk mengambil obyek penelitiannya di DAS Kedunggaleng, harapan saya sebagai sumbangsih yang "Cantik" dan "Elegan" untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan di daerah kami.Saya memaklumi kalau teman saya memilih Papua/Jayapura sebagai obyek penelitiannya.
            Syukur sekarang sudah ada POKMASWAS MUTIARA LAUT, walaupun dikategorikan masih baru dalam wadah organisasi namun kami bertekad untuk melestarikan lingkungan kami tanpa mengorbankan industri yang sudah ada karena bagaimanapun juga saudara-saudara kami juga hidup dan berkehidupan disana, kami senantiasa mendorong semua pihak untuk beraktifitas di semua sektor kehidupan dengan mengindahkan prinsip-prinsip yang ada pada AMDAL maupan ANDAL serta yang tertuang pada UU pelestarian lingkungan hidup.
        Bagi kami penyadaran & komitmen yang lebih penting, bukan penindakan terhadap pelanggaran. Tentang peristiwa ini kami selalu berkoordinasi dengan instansi terkait, begitu ada laporan ikan "MENDEM" semua pihak turun tangan untuk menentukan siapa pelaku ikan mendem tersebut, sementara ini kami mempercayakan UJI LAB di tingkat propinsi JATIM. karena kami tidak punya ILMU dan KEMAMPUAN untuk menyimpulkan apa penyebab matinya jenis2-jenis ikan pada hari tersebut.Pihak terkait mengatakan 2 minggu hasil uji LAB tersebut baru bisa diketahui.Semoga kedepan populasi ikan-ikan tidak sampai terganggu lagi, namun yang dirasakan nelayan-nelayan tradisional termasuk Jaring Sedong adalah berkurangnya pendapatan dan yang pasti tempat beranan pinak ikan-ikan butuh waktu untuk berkembang biak lagi. Rasanya percuma kami berupaya menanam "Hutan Mangrouve" yang tujuannya untuk tempat pola asuh ikan-ikan supaya beranak pinak di tempat tersebut, kalau sekali terdampak "LIMBAH" dari nenek2 ikan sampai calon cucucunya sudah pada mati.
             Kami termasuk komunitas yang percaya pada iktikad baik pada semua pihak dalam menyelesaikan persoalan ini. Kita semua ini akan kembali ke yang punya "Ruh" dan "Jiwa" ini, barang kali i'tikad baik semua pihak akan menjadi bekal yang baik menghadap sang "Khaliq".Semoga yang "MAHA BIJAK" masih berpihak pada kami dan tentunya semoga Mata Pencaharian di Sektor Perikanan dan Kelautan di Wilayah Kami masih mampu memberi penghidupan bagi warga kami yang nota bene tidak mampu bersaing untuk bermata pencaharian di sektor lain (khususnya bagi warga yang usianya rata-rata 40 th keatas), rasanya kalau tidak ada keberpihakan pada mereka, saya secara pribadi tidak mampu menuliskan di sini. Bagi pelaku bisnis uang/modal tidak jadi masalah, namun bagi saudara-saudara kami para nelayan tradisional ini yang terasa dampaknya.
       Bersyukur kami mempunyai sosok P.Jhoni dan Kawan-kawannya (pegawai Dispenda Kab.Probolinggo) yang selalu membimbing dan membina kami dalam aktifitas menumbuhkan kegiatan sosial Ekonomi yang peduli Lingkungan Hidup. Semoga P. Jhoni dan kawan-kawan Panjang Umur sehingga intensitas diskusi tentang perbaikan kehidupan masyarakat (utamanya masyarakat Dringu) akan segera terwujud.Amin(bmg).
            
          
                          "Foto-Foto Ikan Mendem di DAS Kedunggaleng Tanggal 18 Juni 2011"

















Komentar

Postingan Populer